Dari Ibnu Mas’ud
radliyallaahu ’anhu bahwasannya ia pernah berkata suatu saat ketika sedang
duduk :
إِنَّكُمْ فِي
مَمَرِّ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ فِي آجَالٍ مَنْقُوصَةٍ ، وَأَعْمَالٍ مَحْفُوظَةٍ
، وَالْمَوْتُ يَأْتِي بَغْتَةً ، مَنْ زَرَعَ خَيْرًا فَيُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ رَغْبَةً
، وَمَنْ زَرَعَ شَرًّا فَيُوشِكُ أَنْ يَحْصُدَ نَدَامَةً ، لِكُلِّ زَارِعٍ مِثْلَ
مَا زَرَعَ ، لا يَسْبِقُ بَطِيءٌ بِحَظِّهِ ، وَلا يُدْرِكُ حَرِيصٌ مَا لَمْ يُقَدَّرْ
لَهُ ، فَمَنْ أُعْطِيَ خَيْرًا ، فَاللَّهُ أَعْطَاهُ ، وَمَنْ وُقِيَ شَرًّا فَاللَّهُ
وَقَاهُ ، الْمُتَّقُونَ سَادَةٌ ، وَالْفُقَهَاءُ قَادَةٌ ، وَمُجَالَسَتُهُمْ زِيَادَةٌ .
Sesungguhnya kalian berada
di tengah perjalanan malam dan siang, dalam ajal/usia yang selalu berkurang,
dalam amal-amal yang selalu dalam penjagaan (Allah). Sedangkan maut senantiasa
datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebaikan, niscaya ia akan
menuai kebahagiaan. Dan barangsiapa yang menanam kejelekan, niscaya ia akan
menuai penyesalan. Setiap orang yang menanam akan menuai hasil sebagaimana yang
ia tanam. Seorang yang lambat tidaklah mendahului (orang lain) dengan
keberuntungannya. Begitu juga seorang yang tamak tidaklah mendapatkan apa-apa
yang tidak ditetapkan baginya. Barangsiapa yang diberikan kebaikan, maka Allah
lah yang memberikan (kebaikan itu) kepadanya. Dan barangsiapa yang dijauhkan
dari kejelekan, maka Allah lah yang menjauhkan (kejelekan ) itu darinya.
Orang-orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang mulia, dan para fuqahaa
(ahli fiqh) para pembimbung umat. Adapun duduk bermajelis dengan mereka semua
adalah keutamaan”
[Siyaru A’lamin-Nubalaa’
1/497]