Coba saja mereka yang terlena dengan pacaran ditanya: "mengapa kamu pacaran..?" Pasti banyak sekali argumen yang diberikan, bahkan mungkin ayat Al Qur'an juga dikeluarkan untuk mendukung pendapat mereka.
"Lho, bukannya kita disuruh oleh Allah untuk saling mengenal satu sama lain..? Antar bangsa, antar manusia, juga antar lawan jenis, ini juga salah satu bentuk kasih sayang antar sesama dan menyebarkan Ukhuwah Islamiyah".
Kata mereka belajar jadi Oke...!?
Kata orang banyak, pacaran bisa membuat hidup lebih indah, salah satunya merubah minat belajar. Mereka yang sebelumnya ogah ogahan melihat buku bacaan dan belajar sekolah mendadak berubah menjadi gila baca setelah pacaran. Kalau bukan karena pingin disanjung pacarnya, mungkin karena ia tidak ingin terlihat kuper di mata pacarnya.
Terlebih lagi dengan pacaran bisa belajar bersama, benarkah..? Inikah metode yang jitu untuk mendongkrak semangat belajar..? Lelaki dan perempuan berduaan belajar bersama. Ibu, bagian, saudara, pembantu dan penghuni rumah yang lain menyingkir untuk memberikan 'privacy'.
Niat mereka baik agar keduanya bisa lebih konsentrasi, lebih semangat dan tidak terganggu dalam belajar bersama.
Benarkah demikian..? Mereka berdua akan berhasil dengan belajar bersama seperti ini..? Akankah mereka menjadi pinter dan semakin semangat..? Berdua dua-an..? Tidak. Sama sekali tidak...!
Pacaran hakekatnya bikin belajar berantakan.
Alasan di atas sangat dibuat-buat. Sebab selama ini belum pernah ditemukan fakta orang menjadi dokter, insinyur atau arsitek gara gara punya pacar. Sebaliknya, justru banyak orang yang gagal studi karena pacaran. Alasan ini mungkin hanya kebetulan saja, dan tidak berlaku pada banyak orang.
Tidak ada kamusnya pacaran dapat memacu semangat belajar. Justru dengan pacaran, studi bisa amburadul dan berantakan. Setiap kali berniat mau belajar, selalu saja terbayang wajah pacar yang imut dan nggemesin.
Pikiran tidak bisa konsen karena seluruh energi digunakan untuk memikirkan sang pacar. "Eh, dia sedang apa ya...? Tanya kabar ah, via wa atau chat bbm". Selalu seperti itu. Apalagi kalau tipe orang yang obsesif, yaitu orang yang sangat tergantung dengan sang pacar. Foto pacar dipajang di seluruh tempat yang bisa dilihat, di dinding, di meja belajar, di buku sampai dijadikan wallpaper di smartphone-nya. La terus, kapan belajarnya..?
Belum lagi kalau menghadapi malam mingguan, sangat menyita tenaga, pikiran, bahkan harus rela merogoh kantong semakin dalam.
Ingatan tentang pacar lebih mendominasi otak, dari pada yang lainnya. Jika ditanya sedikit saja tentang seluk beluk pacarnya seribu satu jawaban akan digulirkan. Bahkan yang tidak ditanya ikut juga dijawab. Tetapi ketika ditanya tentang sebuah teori atau rumus matematika dan fisika, atau pelajaran lain, jawabannya cuma satu, "Wah, aku udah lupa tuh...".
Yah..., gitu kok ngaku tambah semangat belajar. Kalau seperti itu berarti belajar jadi KO bukan jadi OK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar