Rabu, 16 November 2011

Pentingnya Ikhlas


وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyinah : 5)
Rasulullah juga bersabda :
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصاً
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali amalan yang ikhlas” (HR. An Nasa-i)

Ikhlas adalah memurnikan amalan dari keterkaitan dengan para makhluk.

Berkata Sebagian salaf : “orang yang ikhlas adalah seorang yang berusaha menutupi kebaikannya sebagaimana ia menutupi kejelekannya”.
Telah berkata Sahl bin Abdillah : “Tidak ada hal yang lebih berat bagi nafsu manusia dari pada perkara ikhlas, karena Nafsu itu sama sekali tidak menginginkan untuk ikhlas”. Kenapa hal ini terasa berat bagi nafsu manusia ? karena Nafsu manusia sangat mencintai Syahwat dan pujian.
Robi’ bin Khutsaim beliau berkata : “Segala sesuatu yang tidak diniatkan untuk mendapat wajah Allah niscaya akan sia-sia belaka”.
Berkata pula Abu Sulaiman Ad Daroni : “Jika seorang hamba berusaha untuk ikhlas, niscaya akan hilang rasa was-was dan sifat riya’.”
Berkata Imam Makhul : “Tidaklah seorang hamba mengikhlaskan niatnya selama 40 hari saja kecuali akan Nampak bias-bias hikmah dari hati dan lisannya”.
Dan juga berkata Imam Ibnu Qoyyim : “Amalan tanpa disertai dengan ikhlas dan ittiba’ ibarat seorang musafir yang memenuhi kantong perbekalannya dengan pasir, memberatkannya tetapi tidak memberikan manfaat kepadanya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar